Minggu, 05 Desember 2010

Akhlak kepada orang tua-Akhlak tashawuf


PENDAHULUAN

            Di antara sifat orang muslim yang paling menonjol adalah berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua (birrul walidain). Yang demikian itu karena berbakti kepada keduanya merupakan suatu hal yang amat besar dan sangat ditekankan dalam Islam. Sebagai umat Islam kita harus menghormati, berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua.
            Islam telah mengangkat kedudukan orang tua ke tingkat yang tidak diketahui kecuali dalam agama ini, di mana Islam telah memposisikan bakti dan bersikap baik kepada orang tua satu tingkat di bawah tingkat iman dan ubudiyah kepada Allah SWT.
            Pada kesempatan kali ini, penulis akan mempresentasikan tentang berbakti pada orang tua dan sopan santun kepada keduanya.

PEMBAHASAN
AKHLAK KEPADA ORANG TUA

A.    Berbakti Kepada Orang Tua

Di antara sifat orang Muslim yang paling menonjol adalah berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua (birrul walidain). Yang demikian itu karena berbakti kepada keduanya merupakan suatu hal yang amat besar dan sangat ditekankan dalam Islam, serta telah ditegaskan melalui nash-nash yang qath’i (pasti). Seorang Muslim yang benar-benar sadar dan menerapkan apa yang terkandung dalam nash-nash Al-Qur’an dan hadits yang menyeru manusia agar berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua, akan senantiasa menjadikan hal itu sebagai tugas utamanya dan sekaligus sebagai perangai yang selalu dijunjung tinggi.[1]

Islam adalah agama yang menjunjung tinggi martabat orang tua. Tak kurang hampir di semua ajaran Islam selalu ada perintah berbakti kepada kedua orang tua. Dalam Al-Qur'an dan Hadis Rasulullah SAW pun telah banyak diulas dan diperintahkan kepada umat Islam. Dalam Al- Qur’an. Seperti dalam firman Allah:
* (#rßç6ôã$#ur ©!$# Ÿwur (#qä.ÎŽô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«øx© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) ÉÎ/ur 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuŠø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Í$pgø:$#ur ÏŒ 4n1öà)ø9$# Í$pgø:$#ur É=ãYàfø9$# É=Ïm$¢Á9$#ur Ép=/Zyfø9$$Î/ Èûøó$#ur È@Î6¡¡9$# $tBur ôMs3n=tB öNä3ãZ»yJ÷ƒr& 3 ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä `tB tb%Ÿ2 Zw$tFøƒèC #·qãsù ÇÌÏÈ
Artinya:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang -orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. (An-Nisa: 36)[2]

            Al-Qur’an telah demikian tingginya menggambarkan kedudukan orang tua dan menggunakan gaya bahasa yang sangat indah yang harus diterapkan oleh orang Muslim dalam bermu’amalah dengan kedua orang tuanya selama hidupnya, meskipun keduanya telah lanjut ssusia dan dalam kondisi lemah.[3]
            Beruntunglah bagi siapapun yang orang tuanya masih ada, karena bila orang tua sudah tiada, kita tidak bisa lagi membahagiakan mereka di sisa usianya. Kita harus memiliki tekad yang kuat untuk berbakti pada orang tua. Minimal, kita berhenti dari menyakiti hati orang tua hingga tidak ada lagi luka yang ditoreh di hatinya. Syukur bila kita sudah bisa menyenangkannya dan diberkahi manfaat besar bagi dunia dan akhiratnya. Menghormati orang tua bukan hanya dengan memberinya harta, yang lebih penting adalah akhlak kita, sebagai anaknya.[4]
            Berhati-hatilah agar tidak mengucapkan kata-kata yang menyakitkan atau menjadikan keduanya marah, seperti yang terkandung pada firman-Nya “Maka sekali-kali janganlah kalian mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka”.[5]
            Ibu dan ayah adalah kedua orang tua yang sangat besar jasanya kepada anaknya, dan mereka mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anaknya tersebut. Jasa mereka tidak dapat dihitung dan dibandingkan dengan harta, kecuali mengembalikan menjadi orang merdeka sebagai manusia mempunyai hak kemanusiaan yang penuh setelah menjadi budak/hamba sahaya karena sesuatu keadaan yang tidak diinginkan.[6]
            Sebagai anak diwajibkan untuk patuh dan menurut terhadap perintah orang tua dan tidak durhaka kepada mereka. Dalam hal ini terutama kepada ibu, karena jasa seorang ibu kepada anaknya tidak bisa dihitung dan tidak bisa ditimbang dengan ukuran, sampai ada peribahasa kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang ingatan, ibu mengasihi anaknya tidak ada habis-habisnya bagaimana pun keadaan anaknya tugas seorang ibu dari mulai mengandung sampai dewasa lebih berat dari seorang ayah.[7]
            Seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah :
قِيْلَ يَارَسُوْلَ اللهِ مَنْ اَبَرَّ ؟ قَالَ : اُمُّكَ قَالَ:ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ: اُمُّكَ, قَالَ:ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ : اُمُّكَ, قَالَ: ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ: اَبُاكَ
Artinya :
“ seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah: “ Ya Rasulullah, kepada siapakah saya harus berbuat baik?” jawab Rasulullah: “Kepada ibumu”. Sahabat bertanya lagi : “Kemudian kepada siapa lagi?” jawab Rasulullah: “Kepada ibumu”. Kemudian sahabat bertanya lagi: “Kemudian kepada siapa lagi?” jawab Rasulullah: “Kepada ibumu.” Kemudian sahabat bertanya lagi. “Kemudian kepada siapa?” jawab Rasulullah: “Kepada ayahmu”.

Dalam hadits tersebut di atas dan hadits-hadits lainnya yang semakna, bahwa seseorang berbuat baik, setelah kepada Allah, kepada ibunya dulu ( Rasulullah menjawab sampai tiga kali). Ini menunjukkan bahwa ibu harus didahulukan dari pada ayah.
           
Betapa jasa orang tua kepada anaknya itu, menurut hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab “Al-Jami’ush-Shahih” yang terkenal dengan nama kitab Shahih Muslim dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW. bersabda:
لاَيَجْزِيْ وَلَدٌوَالِدَهُ اِلاَّ اَنْ يَجِدَهُ مَمْلُوْكًافَيَشْتَرِيْهِ
Artinya:
“Tidak akan (dapat) membalas seorang anak kepada orang tuanya, kecuali si anak itu mendapatkan orang tunya sebagai hamba sahaya, kemudian si anak membelinya dan memerdekakanya”. (HR. Muslim)[8]

B.     Sopan dan Santun Kepada Orang Tua

Allah memerintahkan kepada manusia untuk berkata mulia dan merendahkan diri terhadap ibu dan ayahnya. Dalam hadits diperjelas lagi oleh Rasulullah SAW bahwa juga harus berkata lemah lembut kepada keduanya. Berkata yang menyinggung hati dan melukai ibu dan ayah adalah perbuatan durhaka kepada kedua orang tua dan itu termasuk dosa besar yang disebut “ ’Uquuqul-Walidain”.[9] Dosa besar dengan ‘Uquuqul-Walidain ini dapat dihapuskan dengan minta maaf kepada ibu dan ayah serta dimaafkan oleh ibu dan ayahnya. Dan dengan berkata halus dan lemah lembut serta selama tidak berbuat dosa-dosa besar lainnya,akan masuk surga.[10]

Seperti dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh At_Turmudzi :
رِضَااللهِ فِيْ رِضَاالْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُ اللهِ فِيْ سُخْطِ الْوَالِدَيْنِ
Artinya:
“Keridhaan Allah SWT terletak pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Allah SWT terletak pada kemurkaan orang tua”.
Selain itu, kita juga harus melihat unsur-unsur di dalam berbakti kepada orang tua kita, diantaranya: Pertama, seorang anak hendaknya menjaga dan memelihara ucapannya di hadapan orang tua, terlebih bagi mereka yang sudah berusia lanjut, jangan sampai perkataan atau perbuatannya menyinggung perasaan keduanya. Kedua, sikap bahasa tubuh seorang anak tidak boleh membusungkan dada terhadap orang tua melainkan merendahkan diri kepada keduanya dengan penuh kasih sayang. Ketiga, kita harus patuh pada orang tua kita selama tidak bertentangan dengan perintah Allah. Keempat, kita tetap berkewajiban berbakti kepada orang tua setelah mereka meninggal, antara lain dengan cara selalu mendo’akan dan menyambung tali silaturrahim dengan kerabat dan teman-teman orang tua selagi masih hidup.[11]
            Seorang Muslim akan selalu berbakti kepada kedua orang tuanya kapan dan dalam keadaan bagaimana pun. Dia akan selalu berusaha untuk membahagiakan dan menyenangkan hatinya semampu mungkin, dengan tidak keluar dari hal-hal yang diridhai Allah SWT. Dia juga harus senantiasa bertutur dengan kata-kata yang baik kepadanya, menghadapi keduanya dengan wajah yang ceria dan senyum yang manis, yang diwarnai dengan rasa cinta dan kasih sayang.[12]
            Segala sikap orang tua terutama ibu memberikan refleksi yang kuat terhadap sikap si anak. Apabila si ibu sering menggunakan kata-kata halus kepada anaknya, si anakpun akan berkata halus. Yang lebih mudah ditiru adalah yang paling dekat dengannya, yaitu orang tua, terutama ibunya. Agar si anak berlaku lemah lembut dan sopan kepada orang tuanya haruslah dididik dan diberi contoh sehari-hari oleh orang tuanya bagaimana si anak harus berbuat, bersikap dan berbicara. Kewajiban anak kepada orang tunya berbicara menurut ajaran Islam harus berbicara sopan, lemah lembut, dan mempergunakan kata-kata mulia.[13]
            Apabila ibu dan ayah masih hidup, si anak berkewajiban berbuat baik, dan itu mudah dilakukan dengan berbagai macam cara, baik yang bersifat moral maupun bersifat material.[14] Adapun cara berbuat baik kepada ibu dan ayah kita apabila beliau sudah tiada, yaitu:
1)      Mendo’akan ibu dan ayah yang telah tiada itu dan memintakan ampun kepada Allah dari segala dosa orang tua kita. Seperti do’a yang sering kita ucapkan:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَا نِيْ صَغِيْرًا
Artinya:
“Ya Allah, ampunilah daku dan ampunilah kedua orang tuaku, dan kasih sayangilah keduanya sebagaimana beliau keduanya telah mengasuh/mendidik dikala aku kecil”.
2)      Menepati janji kedua orang tua. Kalau sewaktu hidup orang tua mempunyai janji kepada seseorang, maka anaknya harus berusaha menunaikan/menepati janji tersebut.
3)      Memuliakan teman-teman kedua orang tua.
4)      Bersilaturrahmi kepada orang yang kita mempunyai hubungan karena kedua orang tua, karena ayah atau karena ibu.[15]
Birrul walidain, berbuat baik kepada kedua orang tua, mencurahkan dari hati yang tulus, memberikan segala sesuatu dengan tangan terbuka, serta mengutarakan kepada keduanya kata-kata yang baik, merupakan akhlak yang paling dasar bagi kaum Muslimin.[16]











KESIMPULAN

·        Berbakti kepada kepada keduanya merupakan suatu hal yang amat besar dan sangat ditekankan dalam Islam, serta telah ditegaskan melalui nash-nash yang qath’i (pasti).
·        Al-Qur’an telah demikian tingginya menggambarkan kedudukan orang tua dan menggunakan gaya bahasa yang sangat indah yang harus diterapkan oleh orang Muslim dalam bermu’amalah dengan kedua orang tuanya selama hidupnya, meskipun keduanya telah lanjut usia dan dalam kondisi lemah.
·        Allah memerintahkan kepada manusia untuk berkata mulia dan merendahkan diri terhadap ibu dan ayahnya.
·        Berkata yang menyinggung hati dan melukai ibu dan ayah adalah perbuatan durhaka kepada kedua orang tua dan itu termasuk dosa besar yang disebut “ ’Uquuqul-Walidain”.
·        Dosa besar dengan ‘Uquuqul-Walidain ini dapat dihapuskan dengan minta maaf kepada ibu dan ayah serta dimaafkan oleh ibu dan ayahnya.
·        Kewajiban anak kepada orang tunya berbicara menurut ajaran Islam harus berbicara sopan, lemah lembut, dan mempergunakan kata-kata mulia.







DAFTAR PUSTAKA
Ali Al-Hasyimi, Muhammad, 1999, Jati Diri Muslim,  Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, Cet ke-1
Ardani, Moh, 2005, Akhlak Tasawuf, Jakarta: CV Karya Mulia, Cet ke-2
Firmanazka, Berbakti Kepada Orang Tua, dalam http://firmanazka.blogspot.com, 30 November 2010
Mustofa, A, 2008, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV Pustaka, Cet ke-5
Pramana, Cecep Y, “Birrul Walidain (Berbakti Kepada Orang Tua)”, dalam http://remajaislamcerdas.blogspot.com, 30 November 2010



           



[1] Muhammad Ali Hasyimi, Jati Diri Muslim, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999), cet ke-1, hal. 61
[2] Firmanazka, Berbakti Kepada Orang Tua, dalam http://firmanazka.blogspot.com, 30 November 2010
[3] Muhammad Ali Hasyimi, Jati Diri Muslim, …, hal. 62
[4] Cecep Y. Pramana, Birrul Walidain (Berbakti Kepada Orang Tua), dalam http://remajaislamcerdas.blogspot.com, 30 November 2010
[5] Muhammad Ali Hasyimi, Jati Diri Muslim, …, hal. 62
[6]A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), cet ke-5, hal. 167
[7]Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: CV Karya Mulia, 2005), cet ke-2, hal. 80
[8] A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, …, hal. 167
[9] Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, …, hal. 82
[10] A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, …, hal. 172
[11] Cecep Y. Pramana, Birrul Walidain (Berbakti Kepada Orang Tua), dalam http://remajaislamcerdas.blogspot.com, 30 November 2010
[12] Dr. Muhammad Ali Hasyimi, Jati Diri Muslim, …, hal. 72
[13] Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, …, hal. 170
[14] Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, …, hal. 178
[15] Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, …, hal. 179-182
[16] Dr. Muhammad Ali Hasyimi, Jati Diri Muslim, …, hal. 73